Friday, 3 June 2011

Disiplin : Terapkan pada anak sejak DINI!

Saya yakin, setiap orang tua di dunia ini pasti menginginkan putra - putrinya adalah anak - anak berakhlak mulia dan berprestasi setinggi langit. Sayapun kelak juga menginginkan hal yang seperti itu, hehe . . . 



Namun, belakangan ini saya melihat beberapa fakta yang menurut saya tidak baik untuk diberikan secara berlebihan pada si anak, karena berpotensi untuk menanamkan mindset "Kemratu -ratu" pada anak. Kemratu - ratu sendiri adalah istilah ibu saya untuk menyebut orang yang memiliki sikap dan sifat seperti Ratu atau Raja. Seperti lirik lagu Radja-nya /rif :
"Nikmatnya jadi raja, mau apa tinggal tunjuk sini tunjuk sana dengan sedikit kata. nikmatnya jadi raja, dengan menjentikan jari dan lambaioan tangan maka terpuaskan nafsuku"
Nah, tentunya kita tidak ingin kan memiliki buah hati yang seperti itu. Oleh karena itu sifat pertama yang harus dihindari adalah Memanjakanya secara BERLEBIHAN dan menanamkan DISIPLIN sejak dini. Nah, bagaimana untuk memulai menanamkan kedisiplinan pada si Buah Hati ? Berikut ini sedikit tips dan trik dari saya :
  1. Tegas
    Jika anda melarang anak untuk tidak melakukan sesuatu, buatlah alasan-alasan yang logis dengan memberikan penjelasan dan bimbingan kepadanya. Alasan-alasan seperti, "Jangan duduk di depan pintu, pamali!", "Jangan main sampai waktu Maghrib, nanti diculik Kalongwewe!", rasanya sudah harus ditinggalkan. Beritahu alasan sebenarnya kenapa anak dilarang melakukan suatu hal dengan alasan yang masuk akal.

  2. Jangan Plin Plan
    Pada dasarnya si kecil akan meniru apa yang orang dewasa lakukan. Begitupun jika anda dan pasangan bertindak plin-plan terhadap suatu keputusan. Contohnya anda tidak setuju kalau si kecil lompat-lompatan di tempat tidur sementara pasangan anda malah membiarkannya. Ini akan membuat si kecil bingung. Akibatnya dia akan mengabaikan ketidaksetujuan anda. Jadi, buatlah kesepakatan keputusan dengan pasangan agar anak-anak jadi mudah dalam bersikap.

  3. Kompromi
    Anak-anak tidak selalu bisa mengatasi dan membedakan antara persoalan besar dan kecil. Sesekali, berkompromi dan mengertilah diri mereka. Tindakan kompromi akan membuat anak-anak menjadi lebih mudah menghadapi persoalan yang lebih besar nantinya. Misalnya jika anak lalai menengok ke kiri-kanan saat akan menyebrang jalan, lain kali dia tak akan berbuat seperti itu lagi. Jika anda keberatan dengan sikapnya, nyatakan dengan jelas. Katakan, "Berhentilah melempar-lempar mainanmu, nak!". Tapi jangan katakan, "Hei, mainannya jangan dilempar-lempar, dong!"

  4. Beri Bimbingan
    Jika anak mengobrak-abrik buku di lemari yang ada di ruang keluarga, katakan saja, "Maukah kamu berhenti 'bermain' buku? Baca aja ya di kamarmu?"
    Jika dia tidak memedulikan perkataan anda, anda bisa membimbingnya ke kamar dengan cara yang lembut namun tegas dan katakan padanya bahwa dia boleh kembali ke ruang keluarga jika mau mendengarkan kata-kata anda.

  5. Beri Peringatan
    Jika anak tahu aturan yang telah anda buat, pada usia tertentu, anda hanya perlu bertanya kepadanya, ketika dia melakukan pelanggaran. Dia akan langsung merasa segan kepada anda, karena ada sangsi yang harus diterimanya segera, setelah melakukan pelanggaran. Buat batasan peringatan sampai hitungan ke 3, sehingga anak akan belajar untuk mengubah sikap setelah diberikan peringatan.
  6. Beri Alasan
    Jika anak bermain-main dengan benda tajam, anda tentu harus lebih berhati-hati memberikan peringatan kepadanya. Terangkan dengan bahasa yang jelas dan sederhana, apa yang akan anda lakukan dan sebutkan alasannya. Contoh, "Bunda simpan pisaunya ya, sayang, nanti bisa melukai tanganmu!" atau, "Bunda minta kamu jangan main air ya, nanti lantainya jadi licin dan bisa bikin kamu jatuh".

  7. Jangan Tunda Hukuman
    Jika anda ingin menghukum anak yang tidak disiplin, hukumlah segera setelah anda tahu dia tidak disiplin. Jangan sampai anda menunda memberikan hukuman kepadanya. Sebab, anak-anak tidak akan mau menerima hukuman beruntun atau mengulangi kesalahan. Berilah hukuman yang mendidik, seperti menyapu lantai, merapikan tempat tidur, tidak boleh main game, atau membersihkan kamar mandi.

  8. Tetap Tenang
    Marah sambil berteriak, membentak, atau menceramahi anak tanpa henti, akan membuat anda menjadi orang yang melakukan tindakan kekerasan verbal terhadap anak. Tindakan ini justru bisa merusak rasa penghargaan diri anak anda. Akibatnya, anak jadi tidak memiliki rasa percaya diri di hadapan orangtuanya. Jadi, apapun yang terjadi, tetaplah tenang dan tegas.

  9. Bertekuk Lutut
    Merunduklah saat berbicara pada si kecil, terutama saat memberikan kritikan kepadanya. Tekuklah lutut anda atau ambil posisi duduk dihadapannya, agar pandangan mata anda sejajar dengannya. Dengan sikap seperti ini, anda tidak perlu merasa khawatir akan kehilangan rasa hormat darinya. Justru sebaliknya, anak akan semakin menghormati dan menghargai anda sebagai orangtua.

  10. Jangan Ceramah
    Ajaklah si kecil ngobrol santai dan berdiskusi. Ini lebih baik daripada memberikannya ceramah yang panjang lebar. Hindari pernyataan-pernyataan seperti, "Sudah berkali-kali Bunda bilang...." atau, "Setiap saat kamu kok selalu.... ". Pernyataan-pernyataan tersebut memberi kesan seolah-olah dia ditakdirkan untuk selalu mengecewakan anda, apapun yang dia perbuat. Cobalah gulirkan pertanyaan-pertanyaan seperti, "Apakah kamu suka jika temanmu mengganggumu terus di sekolah, kak ?" atau, "Kamu mau kalau gigimu sakit lagi ?". Kritiklah sikapnya, jangan salahkan dirinya (baca : pribadinya)

  11. Tunjukkan Sikap Positif
    Terlalu banyak waktu anda yang terbuang jika hanya memberikan kritik sikap buruk si kecil. Sesekali ucapkanlah pujian-pujian atas sikap positif yang sudah ditunjukkan olehnya. Misalnya, "Bunda senang lho, lihat kamu membereskan mainan dan menyimpannya di tempat semula".

  12. Jangan Menampar
    Tamparan keras yang anda berikan di wajahnya, akan berpengaruh buruk bagi diri anak dan juga anda. Anak yang pernah ditampar orangtuanya akan merasa lebih menderita daripada perasaan tidak dihargai atau depresi sekalipun. Tindakan inipun sekaligus bisa mengajarkan secara tidak langsung pada anak untuk menyelesaikan segala persoalan dengan cara kekerasan.

  13. Hadapi Rengekan
    Katakan kepada anak-anak untuk tidak merengek saat meminta sesuatu dan tegaskan pula bahwa anda tidak akan mengabulkan permintaannya jika disampaikan dengan cara merengek atau menangis. Kecuali , jika ia meminta sesuatu dengan sikap yang manis dan sopan.

  14. Contoh Baik
    Jika suatu kali anak anda pernah memergoki anda sedang berdebat dengan pasangan tanpa menggunakan kekerasan, anak akan meniru sikap baik tersebut. Begitupun jika anda ingin anak anda mau melakukan sesuatu, misalnya membaca buku, anda bisa langsung melakukannya tanpa harus menyuruh dan berteriak-teriak agar anak anda melakukan hal tersebut.

    Sekian, semoga bermanfaat!
    SUMBER : KASKUS

No comments:

Post a Comment